MARYAM BINTI IMRON
Bismillahirrahman
Allah
memberi gambaran ketauladanan seorang muslimah seharusnya, seperti apa
melalui kisah Maryam. Melalui kisah Maryam, seorang akhwat akan belajar:
Bagaimana menjaga kesucian diri melalui iffah yang TEPAT. Bagaimana
menjadi muslimah tangguh.
Bagaimana menjadi muslimah yang ta’at. Bagaimana seorang muslimah memiliki ketsiqahan kepada Allah atas setiap masalah yang dihadapi.Kalo seandainya akhwat bertemu dengan seorang ikhwan yang sangat tampan (sempurnalah akhlaq dan penampilannya) kira-kira respon pertama yang terucap a
pa baik yang dalam hati maupun
ekspresinya? Hayo langsung jawab…Jangan difikir-fikir jawabannya….Bagaimana menjadi muslimah yang ta’at. Bagaimana seorang muslimah memiliki ketsiqahan kepada Allah atas setiap masalah yang dihadapi.Kalo seandainya akhwat bertemu dengan seorang ikhwan yang sangat tampan (sempurnalah akhlaq dan penampilannya) kira-kira respon pertama yang terucap a
Kalo mo lihat jawaban fitrah ya jawaban yang terlontar pertama kali itu…
“Subhanallah….”ato “ mungkin ada juga yang bilang, cakep juga yachtrus diliatin mulu..
Namun, bagaimana jawaban seorang Maryam yang telah ditarbiyah Allah SWT melalui Zakariya a.s.?
Dan
jawaban ini jauh lebih dahsyat lagi karena ana gak masukin sikon
seandainya akhwat itu adalah akhwat atau cewek pingitan yang
sangat-sangat jarang sekali melihat lelaki (mis. wanita pesantren khusus
wanita atau penjara khusus wanita) tiba tiba kedatangan pria yang
sangat tampan kira-kira gimana responnya? So…pasti lebih heboh khan…??
Nah kita lihat sekarang jawaban Maryam, jawaban seorang hamba Allah yang telah dididik dengan baik oleh Zakariya a.s. dan keluarganya Imran dengan baik, jawaban wanita suci yang Allah persiapkan untuk melahirkan seorang calon Nabi. Ketika Jibril datang menghampiri Maryam dalam keadaan manusia yang sempurna (artinya Jibril datang dalam keadaan sebaik-baiknya manusia dalam arti ketampanan kerapihan, maupun tuturkata yang sangat lembut) di ruang pingitan Maryam untuk menyampaikan wahyu ilahi maka Maryam Berkata:
Nah kita lihat sekarang jawaban Maryam, jawaban seorang hamba Allah yang telah dididik dengan baik oleh Zakariya a.s. dan keluarganya Imran dengan baik, jawaban wanita suci yang Allah persiapkan untuk melahirkan seorang calon Nabi. Ketika Jibril datang menghampiri Maryam dalam keadaan manusia yang sempurna (artinya Jibril datang dalam keadaan sebaik-baiknya manusia dalam arti ketampanan kerapihan, maupun tuturkata yang sangat lembut) di ruang pingitan Maryam untuk menyampaikan wahyu ilahi maka Maryam Berkata:
“qa lat inni a’udzu birrahmani minka inkunta taqiyya”
Artinya
Maka Berkatalah Maryam: Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada
yang Maha Pengasih, jika kamu seorang yang bertaqwa…
Lihat-lah
akan respon Maryam yang begitu lembut dan memahami bagaimana memelihara
iffah dirinya. Maryam memahami betul ketika melihat pria sempurna
tersebut maka muncullah rasa takut dalam dirinya (inilah kenapa ada kata
taqwa yg artinya perasaan takut kepada Allah terlibat dalam ayat
tersebut), bukan rasa kagum dsb, namun justru perasaan takut akan
terjerumus kedalam jurang maksiat setelah selama ini beruzlah
mensucikan diri.
Maryam
tidak hanya muncul takut atas ma’shiyat, tapi atas kenikmatan dan
keindahan yang Rabb-nya telah berikan kepada dirinya. Maryam begitu
menjaga dirinya (iffah) tidak hanya atas makshiyat tetapi juga dari
hal-hal yang berpotensi menimbulkan ma’shiyat dalam dirinya. Hanyalah
orang-orang yang bertaqwa sajalah yang mampu mendeteksi hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kema’shiyatan jauh melebihi kebanyakan orang
lain.
Inilah iffah yang sesungguhnya bukanlah iffah yang dibuat-buat dengan penampilan maupun intonasi suara melainkan melalui respon awal terhadap potensi-potensi kema’shiyatan yang hadir di hadapannya. wallahua’lamu kenapa Allah menggunakan fi’lul madhi (past tense) dalam menggambarkan statement Maryam (dia telah berkata), mungkin gambaran muslimah shalehah seperti Maryam memang sangat langka terjadi.
Inilah iffah yang sesungguhnya bukanlah iffah yang dibuat-buat dengan penampilan maupun intonasi suara melainkan melalui respon awal terhadap potensi-potensi kema’shiyatan yang hadir di hadapannya. wallahua’lamu kenapa Allah menggunakan fi’lul madhi (past tense) dalam menggambarkan statement Maryam (dia telah berkata), mungkin gambaran muslimah shalehah seperti Maryam memang sangat langka terjadi.
Allah
lebih mengetahui kadar-kadar kejujuran hati kita dalam merespon setiap
keadaan yang muncul dihadapan kita…masya Allah, wa nastaghfirullahal
adziim.. Semoga para ukhti fillah sentiasa mendapat bimbingan dari
Allah SWT tuk dapat mengaplikasikan nilai-nilai iffah dengan tepat dan
baik.. Wallahua’lamu bish showwab…
Ya Allah aku memang belum menjadi muslim/muslimah yang seharusnya kuatkanlah aku untuk mampu Kaffah dalam beragama
Berbahagialah
wahai para ikhwan yang mendapatkan akhwat yang mau menjadi istri kedua
setelah islam menjadi istri pertama, berbanggalah wahai para akhwat
karena dari rahim kalianlah akan lahir generasi2 terbaik….
==============================
Maryam
yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran
seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra’il. Ibunya saudara
ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak
bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia
merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat
mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan
bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan
keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu
menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa
iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari
ingatannya.
Tahun
demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap
tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi
kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk
orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala
daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak
membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah
tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup
mengaruniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya
sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan
harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh
khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila
permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke
Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci
itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk
kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.
Harapan
isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah
menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa
yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran
akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan
yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri
Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang
makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa
idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan
terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami
mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang
itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan
selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu
meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah
sepasang suami isteri Imran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan
bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik
menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.
Akan
tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: “Manusia merancang,
Tuhan menentukan.” Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya
dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya
dikala ia melahirkan, tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra’il dan
meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat
mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin
mesra.
Rasa
sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa
sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran
di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan
untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah
ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak
kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir
itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah
dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan
nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya
ke atas: “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri,
sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak
menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik
puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria,
iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.”
Demikianlah
maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus
Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai
wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan
karena tidak ada yang mau mengalah, maka terpaksalah diundi diantara
mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan
oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan
pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan
menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling
dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya
berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria
di sebuah kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat
dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga.Zakarian merasa
bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas
mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya
sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada
Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang.
Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus
keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan
kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan
tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa
cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara
isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan
takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam
bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah
wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di
kemudian hari.
Pada
suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi
Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah
berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan
matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas
terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam
hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka
masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun
selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah
Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: “Wahai
Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak
seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan
mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang
tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini.”
Maryam menjawab: “Inilah
pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa
engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa
memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan
yang tidak ternilai besarnya?”
Demikianlah
Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam,
gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi
besar yang bernama Isa AS
Kisah
lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam
Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.
HANYA SEORANG MARYAM YANG AKAN MENDAPATKAN SEORANG YUSUF!
“Lah..apaan nih?? Gak nyambung kali kalimatnya. Beda zaman!”
“Kan
mereka bukan pasangan, kak… Kan biasanya Yusuf dikisahkan sama Zulaika.
Aku pilih: Hanya seorang Fathimah yang mendapatkan seorang Ali “
Hoho…
Banyak yang protes atas judul diatas! Memang mereka bukan pasangan,
hidup juga di zaman yang berbeda, namun entah mengapa mereka adalah dua
orang yang aku kagumi, dengan alasan yang hampir sama, yaitu menjaga
kehormatannya (ciaellahh…huhuyy!)
Segala
puji bagi Allah yang telah menguraikan untaian Surah Yusuf di sore itu.
Dia juga yang menyampaikan aku pada siroh Maryam di halaman blog
seseorang. Film box office pun akan kalah mengenai alur waktu Al-Qur’an!
Alur yang melompat, setiap cerita tersebar dibeberapa bagian Al-Qur’an.
Namun, akan ada benang merah berkilau yang apabila diulur akan menjadi
hamparan tak terkira berisi ilmu pengetahuan dan hikmah.
Begitu
pun dengan kedua kisah manusia istimewa ini. Hidup di ruang waktu yang
berbeda, namun disatukan oleh sebuah hikmah mengenai ketaatan kepada
Rabb nya dalam menjaga kesucian diri. Kisah mereka terangkum dalam
lembaran Al-Qur’an mulia, yang bahkan Allah swt memberikan bagian
tersendiri untuk mereka berdua: Surah Maryam dan Surah Yusuf.
Coba baca QS Yusuf: 22-28 dan QS Maryam: 16-21
Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Yusuf 22)
Dan
wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya
berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS Yusuf 23)
Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia
tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan
dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS Yusuf 24)
Dan
keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis
Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita
itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap
orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan
atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS Yusuf 25)
Yusuf
berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan
seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika
baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk
orang-orang yang dusta. (QS Yusuf 26)
Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf 27)
Maka
tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang
berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya
kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS Yusuf 28)
===============
Dan
ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia
menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (QS Maryam 16)
maka
ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami
mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna. (QS Maryam 17)
Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS Maryam 18)
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS Maryam 19)
Maryam
berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang
tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang
pezina!” (QS Maryam 20)
Jibril
berkata: “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah
bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan
sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan.” (QS Maryam 21)
KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Khadijah binti khuwailid, adalah nama yang sudah tidak asing lagi….
Beliau
di juluki Ath-thohirah, yang berarti bersih dan suci. Beliau tumbuh
dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi
seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang
yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah
banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.
Setelah
bercerai dengan suami yang pertama, banyak dari para pemuka-pemuka
Quraisy yang menginginkan Beliau untuk dijadikan istri, tetapi, Khadijah
lebih memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga
sibuk mengurusi perniagaan yang kemudian dari hasil usaha yang di
kelolanya, Beliau menjadi seorang yang kaya. Kepandaian dan kejelian
Beliau, kemudian Beliau menawarkan Muhammad yang pada saat itu belumlah
diangkat menjadi Nabi, untuk menjual dagangannya. Kejujuran dan sikap
profesional yang di miliki Muhammad dalam berdagang, membuat kekayaan
Khadijah semakin bertambah banyak.
Khadijah
memiliki wajah yang cantik, berasal dari keturunan yang terhormat,
memiliki martabat karena kepandaian dan kecerdasaanya, dan ia juga
adalah wanita yang kaya raya. Maka tidaklah mengherankan dengan kondisi
yang demikian itu semakin banyak para pemuka Quraisy yang terhormat dan
kaya raya ingin menjadikan Khadijah sebagai istri. Singkat cerita, semua
tawaran tersebut ditolak oleh khadijah, karena hatinya telah tertambat
pada pribadi yang terpercaya, jujur, profesional dalam bekerja, dan
memiliki akhlaq yang mulia, ia adalah Muhammad. Dan Allah mentakdirkan
mereka untuk menikah, walaupun pada waktu itu, umur Khadijah yang telah
sampai di usia 40 Tahun kecantikannya tetap mempesona Muhammad yang
berumur 25 tahun.
Keutamaan Khadijah diriwayatkan sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
“Tidaklah
Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik darinya (khadijah). Dia
beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia mempercayaiku saat
orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya kepadaku saat
orang-orang mengharamkan harta untukku. Dan dia memberikan aku anak saat
Allah tidak memberikan anak dari istri-istriku yang lain”.
Khadijah
adalah sosok wanita pilihan yang Allah amanahkan untuk mendampingi
Muhammad dalam menjalani tugasnya sebagai Rasul Allah.
Salah
satu hikmah yang bisa kita petik dari kisah hidup khadijah, adalah
keuletannya, kesungguhannya, kecerdasan dan ketelitiannya dalam
menjalankan usaha perdagangan. Tetapi, semua usahanya itu tidaklah ia
jadikan semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian semata.
Sebagaimana sabda Rasulullah, Khadijah dengan rela memberikan hartanya
untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dan hal itu, Beliau lakukan sampai
ajal menjemputnya.
Apa yang dilakukan oleh khadijah sangat berkaitan erat dengan makna zakat.
Zakat….hanya
diwajibkan bagi mereka yang memiliki kelebihan harta yang telah
memenuhi syarat dan perhitungan yang telah ditetapkan. Artinya,
agar jika seseorang ingin ber-zakat, maka ia harus berusaha. Dan dari
apa yang Allah berikan atas hasil usahanya itulah yang wajib ia
keluarkan zakatnya. Dan bagi seorang istri yang tidak bekerja, maka ia
dapat berzakat apabila ia mendapatkan nafkah yang khusus diberikan oleh
suaminya…
Dengan
demikian, bekerja…adalah termasuk dalam ibadah yang juga bernilai
pahala di sisi Allah. Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk
produktif dalam mencari karunia Allah di dunia ini dengan bekerja,
bahkan Islam menganjurkan agar kaum wanita tidak kalah produktifnya
dengan kaum pria.
Dan
Allah memberikan pilihan bagi kaum wanita, apakah ia mau memilih
sebagai pekerja, wanita karier, pengusaha, atau sebagai ibu rumah
tangga.. Semua itu sama baiknya.
Selama
ia menjaga kehormatannya, harga dirinya, dan taat pada aturan yang
Allah tetapkan. Apapun pilihannya, Insya Allah akan bernilai pahala.
Dalam kisah Siti Khadijah, Allah telah mengabadikan teladan bagi kaum wanita…,
Khadijah,
adalah wanita yang cerdas, ibu rumah tangga yang amanah, pendidik bagi
anak-anaknya, pengusaha yang sukses, Istri seorang Nabi dan Rasul, dan
pejuang di jalan Allah….
Dan
tidaklah mungkin Allah jadikan khadijah sebagai teladan jika tidak
mungkin untuk di teladani, karena pada dasarnya, kaum wanita…adalah kaum
yang mampu melakukan semua itu…
Wallahu’alam..
FATHIMAH BINTI MUHAMMAD SAW
Suatu
hari Rasulullah saaw. datang menemui Fathimah as. Ketika itu sang putri
mengenakan pakaian dari bulu unta, tangannya sibuk menggiling gandum
sementara ia pun menggendong putranya. Air mata sang ayah pun tidak bisa
terbendung melihat keadaan putri tercintanya. Rasulullah saaw. berkata
lirih : Wahai putriku engkau telah menanggung pahitnya dunia demi
manisnya akherat. Sang putripun sambil tersenyum (agung) berkata : wahai
utusan Allah, alhamdulillah atas segala kenikmatan Allah dan aku
bersyukur atas segala kebaikanNya. Karena Dia telah berfirman: “ Dan
TuhanMu pasti akan memberikannya kepadamu dan kamupun akan ridha”
Fathimah as. adalah putri yang sangat di sayangi nabi. Wajah
serta sifatnya mirip dengan sang ayah. Ia mendapat bimbingan langsung
dari ayah penghulu para nabi yang menjadikanya tumbuh menjadi seorang
wanita sempurna. Selain parasnya yang cantik Ia juga memiliki
kepribadian yang agung. Akhlak yang mulia, berbudi tinggi, santun dalam
bertutur kata, sopan, jujur, penyabar, pandai mejaga diri dan taat
beribadah. Walau Fathimah as. adalah putri seorang nabi, ia tidak pernah
memanfaatkan kedudukan ayahnya. Ia wanita sederhana, rajin dan sangat
berbakti kepada ayahnya. Sepeninggal isrtinya Khadijah, dalam waktu
cukup panjang Nabi larut dalam kesedihan. Akan tetapi Fathimah as. mampu
mengisi kekosongan sang ibu. Ia bak seorang ibu, mencurahkan semua
perhatiannya kepada sang ayah. Ia dengan sabar dan telaten merawat sang
ayah, membersihkan tubuh nabi dari kotoran yang dilemparkan musuh-musuh
islam, ia pun selalu merawat luka sang ayah, membasuh darah dari luka
akibat perang serta menghibur tatkala sang ayah sedih.Fathimah as.
adalah satu-satunya putri Nabi saw. Dan kautsar ( pemberian yang besar )
abadi yang di anugrahkan Tuhan ( surat al-kautsar ).
Dalam
umurnya yang tidak panjnag ( 18 tahun ) ia mampu meraih kesempurnaan
iman, kedudukan maknawi dan kepribadian yang unggul. Ia memiliki banyak
laqob seperti azzahra (cahayanya yang dhahir dan yang bathin), albatul (tidak mengalami haid), , assiddiqah (ma’shum), arraadhiah wa almardhiah (ridha kepada Allah dan diridhai oleh-Nya), almubaarakah (memiliki keberkahan dalam ilmu, kesempurnaan, mu’jizaat dan anak-anaknya), azzaakiah (kelebihannya dalam kesempurnaan dan kebaikan), althaahirah (bersih dari segala kekurangan), al’aabidah (hamba yang taat), almuhaddatsah (berbicara dengan malaikat), kautsar ( pemberian yang besar ) ( Abu Ja’far Al-Thabari Al-Imammi, Dalalil Al-Imamah
hal. 10 )dan lain-lain. Setiap julukan yang dimilikinya menunjukan
keutamaan serta jelmaan dari kepribadian tinggi yang tiada tara. Karena
ketinggian kedudukan yang dimilikinya, kecintaan dan kebenciannya adalah
kecintaan serta kebencian Allah swt., ia memiliki kedudukan syafaat di
akherat, ia adalah orang pertama yang akan masuk surga dan surga pun
merindukan kehadirannya.
Ketika
umur Fathimah as. sudah menginjak dewasa, banyak di kalangan para
sahabat yang mencoba untuk menyuntingnya, akan tetapi hanya Ali as. yang
beruntung. Rasulullah saw. Menyetujui pasangan ini, upacara pernikahan
pun diselenggarakan dengan sederhana namum penuh khidmat. Lain halnya
dengan apa yang terjadi di langit keempat. Upacara pernikahan kedua
kekasih Allah ini diselenggarakan dengan penuh kemeriahan. Perayaan yang
dihadiri oleh para malaikat dengan khutbah yang disampaikan oleh
malaikat Rabil, malaikat yang memiliki kefasihan dan keindahan dalam
tutur kata. Acarapun di akhiri dengan sambutan malaikat Jibril as. yang
membawakan firman Tuhannya : “Alhamdu adalah pujian-Ku,
keagungan adalah kebesaran-Ku, segala maklhluk adalah hamba-Ku, Aku
nikahkan Fathimah hamba-Ku dengan Ali pilihan-ku, saksikanlah wahai para
malaikat” . Sementara di bumi Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh aku
adalah manusia seperti kalian, menikah di tengah kalian dan menikhakan
kalian, kecuali Fathimah yang pernikahannya turun ( diselenggarakan ) di
langit.
Mereka
pun hidup bahagia. Di mata Ali as. Fathimah as. adalah sosok istri yang
ideal dan sempurna. Mereka menjalani bahtera rumah tangga selama
sembilan tahun dan berbuahkan dua orang putra ( Hasan dan Husein ) serta
dua putri ( Zainab dan Ummu Kultsum ). Dan seorang putra yang belum
sempat terlahir, bernama Muhsin yang meninggal dalam rahim sang ibu.
Keluarga
yang indah yang dihiasi oleh cinta dan diikat oleh ketulusan. Fathimah
as. selalu setia kepada sang suami baik dalam suka maupun duka. ia
tidak pernah menuntut banyak dari Ali as. kehidupan yang sederhana tidak
membuat kecintaan diantara mereka menjadi pudar. Keindahan itupun
semakin sempurna dengan datangnya putra putri yang shaleh, putra putri
buah hati yang lahir dari pasangan suci.
Fathimah
as. selalu menemani Ali as. dan siap siaga membantu serta berkhidmat
kepada suami tercinta. Di mata Fathimah as. keadaan terdekat seorang
istri dengan Tuhan adalah ketika ia berkhidmat kepada suaminya. Dalam
salah satu ucapannya Fathimah as. berkata : “keadaan terdekat seorang istri dengan Allah Ta’ala adalah ketika ia memberikan secangkir air kepada suaminya”. Ia menjalankan semua tugas-tugas rumah tangganya dengan rulus dan ikhlas.
Selain
itu fathimah as. adalah seorang hamba yang paling taat kepada Allah
swt. Seperti yang di nukil oleh Hasan Bashri, ia berkata : “Tidak ada di
dunia ini yang paling banyak ibadahnya selian Fathimah as. ia melakukan
shalat hingga telapak kakinya membengkak” (Al-Bihar jilid 43 hal. 76 ).
Ia juga seorang wanita yang peduli terhadap keadaan ummat. Ia tempil ke
muka ketika ia menyaksikan penyimpangan social yang terjadi dikalangan
masyarakat. Seperti apa yang terjadi sepeninggal ayahnya, dimana para
sahabat sibuk memperbutkan kedudukan dan kepemimpinan sehingga melupakan
wasiat-wasiat Nabi saw. Fathimah as. pun bangkit dan pergi menuju
masjid, dihadapan kaum muhajirin dan anshar ia menyampaikan khutbahnya
dengan tegas yang terkenal dengan ‘khutbah Fadakiah’.
Sepeninggal
ayahnya Fathimah as. mengalami penderitaan dan musibah, gangguan fisik
dan ruh membuatnya mengalami sakit yang berkepanjangan. Masa-masa pahit
ini Ia jalani selama 75 hari. Wanita agung ini mengalami sakit dan
lama-kelamaan badannya semakin lemah dan akhirnya pada tanggal 13
jumadil ula ( 3 jumadil ats-stani tahun ke-3 hijriah pada umur 18 tahun
Ia pun meninggalkan dunia fana ini.) sesuai wasiat yang Ia sampaikan, Ia
dikuburkan pada malam hari dan secara rahasia. Sehingga tidak ada satu
pun yang mengetahui dimana tempat kuburannya.
Ketika
Fathimah as. sakit parah , Fathimah as. mengundang Ummu Aiman dan Asma
binti Umais. Mereka pun masuk ke ruangan sementara Ali as. sedang duduk
disampingnya. Fathimah as. berseru kepada Ali as : Wahai anak pamanku
sesungguhnya hidupku sudah menemui akhir, Aku tidak ragu lagi bahwa
sebentar lagi Aku akan segera menyusul ayahku, ada yang hendak aku
wasiatkan kepdamu tentang apa yang ada didalam hatiku. Ali as pun
berkata : Sampaikanlah apa yang engkau kehendaki Wahai putri Rasulullah
saww. Ali as pun duduk dekat kepala Fathimah as. lalu Fathimah as.
berkata: Wahai putra pamanku aku tidak pernah mengingkari janjiku
padamu, tidak pernah berkhianat kepadamu, dan tidak pernah menentangmu
selama aku hidup bersamamu. Ali as pun lantas berkata : A’udzubillah!
Engkau orang yang paling mengetahui Allah swt, paling baik, paling
bertaqwa, paling takut kepada Allah swt, mustahil engkau untuk berbuat
itu. Sungguh aku sangat sedih karena perpisahan dan kehilangan dirimu,
akan tetapi hal itu merupakan ketentuan Allah swt. Dan Allah swt pun
melipat gandakan kesidihanku setelah kehilangan Rasulullah saww dan kini
akupun harus kehilangan dirimu. Sesungguhnya semua dari Allah swt dan
akan kembali kepadaNya. Sungguh ini adalah musibah yang paling besar
yang pernah aku alami.
Yang
hadir pun tidak kuasa menahan tangis melihat keadaan seperti itu. Ali
as meletakkan kepala Fathimah didadanya seraya berkata: sampaikanlah apa
yang ingin engkau wasiatkan maka aku siap melakukan semua yang engkau
perintahkan kepadaku. Fathimah as pun berkata : semoga Allah swt
memberimu balasan yang besar Wahai anak pamanku aku berwasiat kepadamu
setelahku hendaklah kamu menikah dengan saudariku, karena dia dimata
ayahku seperti putrinya sendiri. Dan seorang laki-laki hendaklah ia
memiliki seorang istri. Lalu Fathimah berwasiat agar penguburannya
dirahasiakan, hal itu karena perlakuan ummat ayahnya terhadapnya.
ASIYAH BINTI MUZAHIM
Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu diantara wanita-wanita pilihan yang pernah terukir dalam bingkai sejarah. Dia
istri Fir’aun, seorang raja Mesir di zaman Nabi Musa. Saat bersama
Fir’aun, Asiyah tidak dikaruniai seorang anak pun. Fir’aun sangat
mencintainya karena kecantikan dan kematangan akhlaknya. Telah berapa
banyak cobaan dan tantangan yang harus dihadapinya dengan penuh
kesabaran. Bahkan, berbagai kesulitan mampu dirubah menjadi kemudahan,
sehingga Asiyah dikenal sebagai rahmat, bagi masyarakat di zaman Fir’aun
yang penuh dengan kelicikan dan lalim.
Pada
masa yang seperti itulah muncul peristiwa yang akan menentukan sejarah
hidup Nabi Musa selanjutnya. Disebutkan dalam sejarah kenabian, ketika
Asiyah duduk-duduk di taman yang indah nan luas, dihiasi dengan aliran
sungai mempesona. Dia melihat sebuah peti mengambang. Perlahan-lahan
peti itu semakin mendekat sehingga Asiyah menyuruh para pembantunya
untuk mengambil dan mengeluarkan isi peti tersebut. Ketika
dibuka, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi mungil, elok dan
rupawan. Maka, muncullah perasaan kasih sayang dalam diri Asiyah. Allah
mengaruniakan cinta dan kasih sayang terhadap bayi tersebut melalui
Asiyah. Tak pelak lagi, Asiyah memerintahkan agar bayi itu dibawa ke
istana dengan bertekad memelihara dan mangasuhnya.
Ketika
mendengar berita tersebut, Fir’aun hendak membunuhnya, karena dia
melihat mimpi yang selama ini menghantuinya tentang seorang anak yang
kelak menghancurkannya. Para dukun dan ahli nujum
dihadirkan dari seluruh pelosok negara. Mimpinya pun diceritakan kepada
mereka, sehingga ia diperingatkan agar hati-hati dengan kelahiran
seorang bayi yang akan menjadi penyebab kehancuran kerajaannya.
Akhirnya, semua bayi laki-laki Bani Israel yang lahir diperintahkan agar
dibunuh, kecuali bayi yang diasuh Asiyah. Fir’aun pun luluh dengan
bujukan Asiyah ketika ia berkata: “Kita tidak mempunyai keturunan anak
laki-laki, maka jangan bunuh anak ini. Semoga ada manfaatnya untuk kita
atau kita jadikan dia sebagai anak kandung kita”. Fir’aun menyetujui dan
menyarankan agar anak itu dididik sedemikian rupa. Asiyah memberi nama
Musa terhadap anak tersebut dan mendidiknya hingga dewasa dalam istana
Fir’aun. Dan kisah tentang ini tidak asing lagi bagi kita.
Kelak,
Asiyah merupakan salah seorang yang mempercayai Musa. Ketika Fir’aun
mengetahui hal tersebut, tiba-tiba rasa cintanya berubah menjadi
kemarahan dan permusuhan. Asiyah tidak mengindahkannya karena dirinya
tahu bahwa kebenaran bersamanya. Dan dia pun tahu bahwa Musa as adalah
utusan Allah yang kebenarannya tidak dapat dihalangi oleh tantangan dan
ancaman yang datangnnya dari siapa saja. Hingga meninggal dunia,
hari-hari akhirnya Asiyah hanya dipenuhi dengan dzikir kepada Allah
seraya mengucapkan:
{“Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya”}
Allah
telah mengabulkan do’anya, bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw
disebutkan bahwa Asiyah termasuk diantara wanita-wanita yang mulia,
diriwayatkan: [“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah,
Fatimah, Maryam puteri Imron dan Asiyah istri Fir’aun”].
BAGAIMANA BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN?
Alhamdulillah…sudah
memasuki malam ke 18 Ramadhan.. Bertanya kedalam hati, apa yang sudah
dilakukan? Ya Allah, sanggupkan aku menghabiskan setiap detik Mu hanya
untuk beribadah.. Ramadhan ini, tidak ingin aku sia-siakan tanpa ikhtiar dijalan Mu..
Baiklah!
Menuggu makan malam turun..Hehe, nulis dulu ah. Ini adalah materi
‘pengajian’ minggu lalu yang bertempat di masjid UI (aka MUI)… Semoga
bermanfaat, mohon maaf jika terdapat kesalahan ataupun degradasi isi
(hehe)
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Al Quran diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan dan 23 hari. Mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur2?
1. Untuk menguatkan Rasulullah saw
2. Merupakan risalah Rosul, yaitu diturunkan sepanjang Rosulullah berdakwah
3. Akhlaq Rasul adalah akhlaq Al-Quran
4. Allah
mendidik umatnya dengan taujih ruhani (bahwa setiap ayat memiliki
asbabun nuzulnya sendiri2, sehingga setiap ayat yang diturunkan
merupakan nasihat jiwa bagi umat Nya)
5. Agar setiap materi dakwah tidak meleceng dari Al Quran
Kemudian, bagaimana carannya berinteraksi dengan Al Quran? Yang
pasti tidak hanya dengan membaca tanpa mengetahui artinya. Hati orang
yang tidak ada Al Quran sama dengan rumah yang rusak (HR Turmidzi).
Jikalau rumah yang kita tinggali telah rusak, kemudian bagaimana kita
bisa berlindung dari panas, hujan dan bahaya lainnya? Karena itu, sangat
penting sekali bagi setiap manusia untuk dapat menginternalisasikan Al
Quran ke dalam hatinya.
Berinteraksi
dengan Al Quran adalah berdialog dengannya. Pernah membaca komik?
Tentunya kita akan tertawa pada adegan lucu, menangis disaat adegan
sedih, dan tegang disaat adegan mencekam. Begitupun disaat kita membaca
Al Quran! Berdialog lah dengannya, ikuti alur ceritanya, resapi
maknanya..kemudian hanyutlah dalam kisah dan nasihatnya!
Al
Quran ibarat sebuah manual book yang diberikan Allah kepada manusia
agar kita tidak tersesat di dunia. Pernah membeli peralatan elektronik?
Tentu alat tersebut akan dilengkapi dengan buku petunjuk agar pembeli
dapat mendayagunakannya dengan optimal. Itulah hidup kita! Bedanya tidak
ada istilah trial dan error dalam kehidupan dunia ini! Segala
sesuatunya harus dilakukan dengan tepat. Mengapa? Karena kita hanya
hidup sekali di dunia ini. Jadi, manual book yang kita gunakan harus
tepat dan dipelajari dengan baik..
Kembali
pada manual book pada peralatan elektronik. Apabila manual book
tersebut menggunakan bahasa Prancis misalnya, kita yang tidak bisa
berbahasa Perancis tentu saja harus membaca terjemahan Indonesianya
bukan? Begitu juga dengan Al Quran…Karena keistimewaannya, bahkan dengan
membaca Arabnya saja merupakan pahala yang besar bagi umat islam.
Terlebih lagi apabila kita membaca bahasa Indonesia nya juga
Terdapat 2 pendapat mengenai penafsiran bentuk-bentuk interaksi terhadap Al Quran.
Pendapat pertama
1. menghafal
2. membaca+mendengar
3. memahami+menafsirkan
4. mengikuti
5. beramal
6. berdakwah dengan Al Quran
Pendapat ke 2
1. beriman
2. Membaca+tadabur (berdialog dengan Al Quran)
3. Mengamalkan
Sifat-sifat tilawah (aspek2 yang seharusnya hadir saat kita tilawah)
1. faham
2. takzim (mengagumi)
3. menghadirkan hati
4. ada dialog
Sekian!! Walahu’alam…semoga bermanfaat
siapa yang mau jadi yang ke 5,6,7,8....
BalasHapus