Share

Halaman

Sabtu, 15 Juni 2013

4 PEMIMPIN WANITA DI SURGA

MARYAM BINTI IMRON

Bismillahirrahman
Allah memberi gambaran ketauladanan seorang muslimah seharusnya, seperti apa melalui kisah Maryam. Melalui kisah Maryam, seorang akhwat akan belajar: Bagaimana menjaga kesucian diri melalui iffah yang TEPAT. Bagaimana menjadi muslimah tangguh.
Bagaimana menjadi muslimah yang ta’at. Bagaimana seorang muslimah memiliki ketsiqahan kepada Allah atas setiap masalah yang dihadapi.Kalo seandainya akhwat bertemu dengan seorang ikhwan yang sangat tampan (sempurnalah akhlaq dan penampilannya) kira-kira respon pertama yang terucap a
pa baik yang dalam hati maupun ekspresinya? Hayo langsung jawab…Jangan difikir-fikir jawabannya….
Kalo mo lihat jawaban fitrah ya jawaban yang terlontar pertama kali itu…
“Subhanallah….”ato “ mungkin ada juga yang bilang, cakep juga yachtrus diliatin mulu..
Namun, bagaimana jawaban seorang Maryam yang telah ditarbiyah Allah SWT melalui Zakariya a.s.?
Dan jawaban ini jauh lebih dahsyat lagi karena ana gak masukin sikon seandainya akhwat itu adalah akhwat atau cewek pingitan yang sangat-sangat jarang sekali melihat lelaki (mis. wanita pesantren khusus wanita atau penjara khusus wanita) tiba tiba kedatangan pria yang sangat tampan kira-kira gimana responnya? So…pasti lebih heboh khan…??
Nah kita lihat sekarang jawaban Maryam, jawaban seorang hamba Allah yang telah dididik dengan baik oleh Zakariya a.s. dan keluarganya Imran dengan baik, jawaban wanita suci yang Allah persiapkan untuk melahirkan seorang calon Nabi. Ketika Jibril datang menghampiri Maryam dalam keadaan manusia yang sempurna (artinya Jibril datang dalam keadaan sebaik-baiknya manusia dalam arti ketampanan kerapihan, maupun tuturkata yang sangat lembut) di ruang pingitan Maryam untuk menyampaikan wahyu ilahi maka Maryam Berkata:
“qa lat inni a’udzu birrahmani minka inkunta taqiyya”
Artinya Maka Berkatalah Maryam: Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada yang Maha Pengasih, jika kamu seorang yang bertaqwa…
Lihat-lah akan respon Maryam yang begitu lembut dan memahami bagaimana memelihara iffah dirinya. Maryam memahami betul ketika melihat pria sempurna tersebut maka muncullah rasa takut dalam dirinya (inilah kenapa ada kata taqwa yg artinya perasaan takut kepada Allah terlibat dalam ayat tersebut), bukan rasa kagum dsb, namun justru perasaan takut akan terjerumus kedalam jurang maksiat setelah selama ini beruzlah mensucikan diri.
Maryam tidak hanya muncul takut atas ma’shiyat, tapi atas kenikmatan dan keindahan yang Rabb-nya telah berikan kepada dirinya. Maryam begitu menjaga dirinya (iffah) tidak hanya atas makshiyat tetapi juga dari hal-hal yang berpotensi menimbulkan ma’shiyat dalam dirinya. Hanyalah orang-orang yang bertaqwa sajalah yang mampu mendeteksi hal-hal yang berpotensi menimbulkan kema’shiyatan jauh melebihi kebanyakan orang lain.
Inilah iffah yang sesungguhnya bukanlah iffah yang dibuat-buat dengan penampilan maupun intonasi suara melainkan melalui respon awal terhadap potensi-potensi kema’shiyatan yang hadir di hadapannya. wallahua’lamu kenapa Allah menggunakan fi’lul madhi (past tense) dalam menggambarkan statement Maryam (dia telah berkata), mungkin gambaran muslimah shalehah seperti Maryam memang sangat langka terjadi.
Allah lebih mengetahui kadar-kadar kejujuran hati kita dalam merespon setiap keadaan yang muncul dihadapan kita…masya Allah, wa nastaghfirullahal adziim.. Semoga para ukhti fillah sentiasa mendapat bimbingan dari Allah SWT tuk dapat mengaplikasikan nilai-nilai iffah dengan tepat dan baik.. Wallahua’lamu bish showwab…
Ya Allah aku memang belum menjadi muslim/muslimah yang seharusnya kuatkanlah aku untuk mampu Kaffah dalam beragama
Berbahagialah wahai para ikhwan yang mendapatkan akhwat yang mau menjadi istri kedua setelah islam menjadi istri pertama, berbanggalah wahai para akhwat karena dari rahim kalianlah akan lahir generasi2 terbaik….
Sumber: http://forum.dudung.net/index.php?topic=2625.0 Dengan sedikit perubahan
==============================
Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra’il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.
Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengaruniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.
Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.
Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: “Manusia merancang, Tuhan menentukan.” Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan, tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra’il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra.
Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.”
Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan karena tidak ada yang mau mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga.Zakarian merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: “Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini.”
Maryam menjawab: “Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?”
Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa AS
Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

HANYA SEORANG MARYAM YANG AKAN MENDAPATKAN SEORANG YUSUF!

“Lah..apaan nih?? Gak nyambung kali kalimatnya. Beda zaman!”
“Kan mereka bukan pasangan, kak… Kan biasanya Yusuf dikisahkan sama Zulaika. Aku pilih: Hanya seorang Fathimah yang mendapatkan seorang Ali :D
Hoho… Banyak yang protes atas judul diatas! Memang mereka bukan pasangan, hidup juga di zaman yang berbeda, namun entah mengapa mereka adalah dua orang yang aku kagumi, dengan alasan yang hampir sama, yaitu menjaga kehormatannya (ciaellahh…huhuyy!)
Segala puji bagi Allah yang telah menguraikan untaian Surah Yusuf di sore itu. Dia juga yang menyampaikan aku pada siroh Maryam di halaman blog seseorang. Film box office pun akan kalah mengenai alur waktu Al-Qur’an! Alur yang melompat, setiap cerita tersebar dibeberapa bagian Al-Qur’an. Namun, akan ada benang merah berkilau yang apabila diulur akan menjadi hamparan tak terkira berisi ilmu pengetahuan dan hikmah.
Begitu pun dengan kedua kisah manusia istimewa ini. Hidup di ruang waktu yang berbeda, namun disatukan oleh sebuah hikmah mengenai ketaatan kepada Rabb nya dalam menjaga kesucian diri. Kisah mereka terangkum dalam lembaran Al-Qur’an mulia, yang bahkan Allah swt memberikan bagian tersendiri untuk mereka berdua: Surah Maryam dan Surah Yusuf.
Coba baca QS Yusuf: 22-28 dan QS Maryam: 16-21
Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Yusuf 22)
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS Yusuf 23)
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS Yusuf 24)
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS Yusuf 25)
Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. (QS Yusuf 26)
Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf 27)
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS Yusuf 28)
===============
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (QS Maryam 16)
maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (QS Maryam 17)
Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS Maryam 18)
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS Maryam 19)
Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” (QS Maryam 20)
Jibril berkata: “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” (QS Maryam 21)

KHADIJAH BINTI KHUWAILID

Khadijah binti khuwailid, adalah nama yang sudah tidak asing lagi….
Beliau di juluki Ath-thohirah, yang berarti bersih dan suci. Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.
Setelah bercerai dengan suami yang pertama, banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan Beliau untuk dijadikan istri, tetapi, Khadijah lebih memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang kemudian dari hasil usaha yang di kelolanya, Beliau menjadi seorang yang kaya. Kepandaian dan kejelian Beliau, kemudian Beliau menawarkan Muhammad yang pada saat itu belumlah diangkat menjadi Nabi, untuk menjual dagangannya. Kejujuran dan sikap profesional yang di miliki Muhammad dalam berdagang, membuat kekayaan Khadijah semakin bertambah banyak.
Khadijah memiliki wajah yang cantik, berasal dari keturunan yang terhormat, memiliki martabat karena kepandaian dan kecerdasaanya, dan ia juga adalah wanita yang kaya raya. Maka tidaklah mengherankan dengan kondisi yang demikian itu semakin banyak para pemuka Quraisy yang terhormat dan kaya raya ingin menjadikan Khadijah sebagai istri. Singkat cerita, semua tawaran tersebut ditolak oleh khadijah, karena hatinya telah tertambat pada pribadi yang terpercaya, jujur, profesional dalam bekerja, dan memiliki akhlaq yang mulia, ia adalah Muhammad. Dan Allah mentakdirkan mereka untuk menikah, walaupun pada waktu itu, umur Khadijah yang telah sampai di usia 40 Tahun kecantikannya tetap mempesona Muhammad yang berumur 25 tahun.
Keutamaan Khadijah diriwayatkan sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
“Tidaklah Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik darinya (khadijah). Dia beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia mempercayaiku saat orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya kepadaku saat orang-orang mengharamkan harta untukku. Dan dia memberikan aku anak saat Allah tidak memberikan anak dari istri-istriku yang lain”.
Khadijah adalah sosok wanita pilihan yang Allah amanahkan untuk mendampingi Muhammad dalam menjalani tugasnya sebagai Rasul Allah.
Salah satu hikmah yang bisa kita petik dari kisah hidup khadijah, adalah keuletannya, kesungguhannya, kecerdasan dan ketelitiannya dalam menjalankan usaha perdagangan. Tetapi, semua usahanya itu tidaklah ia jadikan semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian semata. Sebagaimana sabda Rasulullah, Khadijah dengan rela memberikan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dan hal itu, Beliau lakukan sampai ajal menjemputnya.
Apa yang dilakukan oleh khadijah sangat berkaitan erat dengan makna zakat.
Zakat….hanya diwajibkan bagi mereka yang memiliki kelebihan harta yang telah memenuhi syarat dan perhitungan yang telah ditetapkan. Artinya, agar jika seseorang ingin ber-zakat, maka ia harus berusaha. Dan dari apa yang Allah berikan atas hasil usahanya itulah yang wajib ia keluarkan zakatnya. Dan bagi seorang istri yang tidak bekerja, maka ia dapat berzakat apabila ia mendapatkan nafkah yang khusus diberikan oleh suaminya…
Dengan demikian, bekerja…adalah termasuk dalam ibadah yang juga bernilai pahala di sisi Allah. Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk produktif dalam mencari karunia Allah di dunia ini dengan bekerja, bahkan Islam menganjurkan agar kaum wanita tidak kalah produktifnya dengan kaum pria.
Dan Allah memberikan pilihan bagi kaum wanita, apakah ia mau memilih sebagai pekerja, wanita karier, pengusaha, atau sebagai ibu rumah tangga.. Semua itu sama baiknya.
Selama ia menjaga kehormatannya, harga dirinya, dan taat pada aturan yang Allah tetapkan. Apapun pilihannya, Insya Allah akan bernilai pahala.
Dalam kisah Siti Khadijah, Allah telah mengabadikan teladan bagi kaum wanita…,
Khadijah, adalah wanita yang cerdas, ibu rumah tangga yang amanah, pendidik bagi anak-anaknya, pengusaha yang sukses, Istri seorang Nabi dan Rasul, dan pejuang di jalan Allah….
Dan tidaklah mungkin Allah jadikan khadijah sebagai teladan jika tidak mungkin untuk di teladani, karena pada dasarnya, kaum wanita…adalah kaum yang mampu melakukan semua itu…
Wallahu’alam..

FATHIMAH BINTI MUHAMMAD SAW

Suatu hari Rasulullah saaw. datang menemui Fathimah as. Ketika itu sang putri mengenakan pakaian dari bulu unta, tangannya sibuk menggiling gandum sementara ia pun menggendong putranya. Air mata sang ayah pun tidak bisa terbendung melihat keadaan putri tercintanya. Rasulullah saaw. berkata lirih : Wahai putriku engkau telah menanggung pahitnya dunia demi manisnya akherat. Sang putripun sambil tersenyum (agung) berkata : wahai utusan Allah, alhamdulillah atas segala kenikmatan Allah dan aku bersyukur atas segala kebaikanNya. Karena Dia telah berfirman: “ Dan TuhanMu pasti akan memberikannya kepadamu dan kamupun akan ridha”
Fathimah as. adalah putri yang sangat di sayangi nabi. Wajah serta sifatnya mirip dengan sang ayah. Ia mendapat bimbingan langsung dari ayah penghulu para nabi yang menjadikanya tumbuh menjadi seorang wanita sempurna. Selain parasnya yang cantik Ia juga memiliki kepribadian yang agung. Akhlak yang mulia, berbudi tinggi, santun dalam bertutur kata, sopan, jujur, penyabar, pandai mejaga diri dan taat beribadah. Walau Fathimah as. adalah putri seorang nabi, ia tidak pernah memanfaatkan kedudukan ayahnya. Ia wanita sederhana, rajin dan sangat berbakti kepada ayahnya. Sepeninggal isrtinya Khadijah, dalam waktu cukup panjang Nabi larut dalam kesedihan. Akan tetapi Fathimah as. mampu mengisi kekosongan sang ibu. Ia bak seorang ibu, mencurahkan semua perhatiannya kepada sang ayah. Ia dengan sabar dan telaten merawat sang ayah, membersihkan tubuh nabi dari kotoran yang dilemparkan musuh-musuh islam, ia pun selalu merawat luka sang ayah, membasuh darah dari luka akibat perang serta menghibur tatkala sang ayah sedih.Fathimah as. adalah satu-satunya putri Nabi saw. Dan kautsar ( pemberian yang besar ) abadi yang di anugrahkan Tuhan ( surat al-kautsar ).
Dalam umurnya yang tidak panjnag ( 18 tahun ) ia mampu meraih kesempurnaan iman, kedudukan maknawi dan kepribadian yang unggul. Ia memiliki banyak laqob seperti azzahra (cahayanya yang dhahir dan yang bathin), albatul (tidak mengalami haid), , assiddiqah (ma’shum), arraadhiah wa almardhiah (ridha kepada Allah dan diridhai oleh-Nya), almubaarakah (memiliki keberkahan dalam ilmu, kesempurnaan, mu’jizaat dan anak-anaknya), azzaakiah (kelebihannya dalam kesempurnaan dan kebaikan), althaahirah (bersih dari segala kekurangan), al’aabidah (hamba yang taat), almuhaddatsah (berbicara dengan malaikat), kautsar ( pemberian yang besar ) ( Abu Ja’far Al-Thabari Al-Imammi, Dalalil Al-Imamah hal. 10 )dan lain-lain. Setiap julukan yang dimilikinya menunjukan keutamaan serta jelmaan dari kepribadian tinggi yang tiada tara. Karena ketinggian kedudukan yang dimilikinya, kecintaan dan kebenciannya adalah kecintaan serta kebencian Allah swt., ia memiliki kedudukan syafaat di akherat, ia adalah orang pertama yang akan masuk surga dan surga pun merindukan kehadirannya.
Ketika umur Fathimah as. sudah menginjak dewasa, banyak di kalangan para sahabat yang mencoba untuk menyuntingnya, akan tetapi hanya Ali as. yang beruntung. Rasulullah saw. Menyetujui pasangan ini, upacara pernikahan pun diselenggarakan dengan sederhana namum penuh khidmat. Lain halnya dengan apa yang terjadi di langit keempat. Upacara pernikahan kedua kekasih Allah ini diselenggarakan dengan penuh kemeriahan. Perayaan yang dihadiri oleh para malaikat dengan khutbah yang disampaikan oleh malaikat Rabil, malaikat yang memiliki kefasihan dan keindahan dalam tutur kata. Acarapun di akhiri dengan sambutan malaikat Jibril as. yang membawakan firman Tuhannya : “Alhamdu adalah pujian-Ku, keagungan adalah kebesaran-Ku, segala maklhluk adalah hamba-Ku, Aku nikahkan Fathimah hamba-Ku dengan Ali pilihan-ku, saksikanlah wahai para malaikat” . Sementara di bumi Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh aku adalah manusia seperti kalian, menikah di tengah kalian dan menikhakan kalian, kecuali Fathimah yang pernikahannya turun ( diselenggarakan ) di langit.
Mereka pun hidup bahagia. Di mata Ali as. Fathimah as. adalah sosok istri yang ideal dan sempurna. Mereka menjalani bahtera rumah tangga selama sembilan tahun dan berbuahkan dua orang putra ( Hasan dan Husein ) serta dua putri ( Zainab dan Ummu Kultsum ). Dan seorang putra yang belum sempat terlahir, bernama Muhsin yang meninggal dalam rahim sang ibu.
Keluarga yang indah yang dihiasi oleh cinta dan diikat oleh ketulusan. Fathimah as. selalu setia kepada sang suami baik dalam suka maupun duka. ia tidak pernah menuntut banyak dari Ali as. kehidupan yang sederhana tidak membuat kecintaan diantara mereka menjadi pudar. Keindahan itupun semakin sempurna dengan datangnya putra putri yang shaleh, putra putri buah hati yang lahir dari pasangan suci.
Fathimah as. selalu menemani Ali as. dan siap siaga membantu serta berkhidmat kepada suami tercinta. Di mata Fathimah as. keadaan terdekat seorang istri dengan Tuhan adalah ketika ia berkhidmat kepada suaminya. Dalam salah satu ucapannya Fathimah as. berkata : “keadaan terdekat seorang istri dengan Allah Ta’ala adalah ketika ia memberikan secangkir air kepada suaminya”. Ia menjalankan semua tugas-tugas rumah tangganya dengan rulus dan ikhlas.
Selain itu fathimah as. adalah seorang hamba yang paling taat kepada Allah swt. Seperti yang di nukil oleh Hasan Bashri, ia berkata : “Tidak ada di dunia ini yang paling banyak ibadahnya selian Fathimah as. ia melakukan shalat hingga telapak kakinya membengkak” (Al-Bihar jilid 43 hal. 76 ). Ia juga seorang wanita yang peduli terhadap keadaan ummat. Ia tempil ke muka ketika ia menyaksikan penyimpangan social yang terjadi dikalangan masyarakat. Seperti apa yang terjadi sepeninggal ayahnya, dimana para sahabat sibuk memperbutkan kedudukan dan kepemimpinan sehingga melupakan wasiat-wasiat Nabi saw. Fathimah as. pun bangkit dan pergi menuju masjid, dihadapan kaum muhajirin dan anshar ia menyampaikan khutbahnya dengan tegas yang terkenal dengan ‘khutbah Fadakiah’.
Sepeninggal ayahnya Fathimah as. mengalami penderitaan dan musibah, gangguan fisik dan ruh membuatnya mengalami sakit yang berkepanjangan. Masa-masa pahit ini Ia jalani selama 75 hari. Wanita agung ini mengalami sakit dan lama-kelamaan badannya semakin lemah dan akhirnya pada tanggal 13 jumadil ula ( 3 jumadil ats-stani tahun ke-3 hijriah pada umur 18 tahun Ia pun meninggalkan dunia fana ini.) sesuai wasiat yang Ia sampaikan, Ia dikuburkan pada malam hari dan secara rahasia. Sehingga tidak ada satu pun yang mengetahui dimana tempat kuburannya.
Ketika Fathimah as. sakit parah , Fathimah as. mengundang Ummu Aiman dan Asma binti Umais. Mereka pun masuk ke ruangan sementara Ali as. sedang duduk disampingnya. Fathimah as. berseru kepada Ali as : Wahai anak pamanku sesungguhnya hidupku sudah menemui akhir, Aku tidak ragu lagi bahwa sebentar lagi Aku akan segera menyusul ayahku, ada yang hendak aku wasiatkan kepdamu tentang apa yang ada didalam hatiku. Ali as pun berkata : Sampaikanlah apa yang engkau kehendaki Wahai putri Rasulullah saww. Ali as pun duduk dekat kepala Fathimah as. lalu Fathimah as. berkata: Wahai putra pamanku aku tidak pernah mengingkari janjiku padamu, tidak pernah berkhianat kepadamu, dan tidak pernah menentangmu selama aku hidup bersamamu. Ali as pun lantas berkata : A’udzubillah! Engkau orang yang paling mengetahui Allah swt, paling baik, paling bertaqwa, paling takut kepada Allah swt, mustahil engkau untuk berbuat itu. Sungguh aku sangat sedih karena perpisahan dan kehilangan dirimu, akan tetapi hal itu merupakan ketentuan Allah swt. Dan Allah swt pun melipat gandakan kesidihanku setelah kehilangan Rasulullah saww dan kini akupun harus kehilangan dirimu. Sesungguhnya semua dari Allah swt dan akan kembali kepadaNya. Sungguh ini adalah musibah yang paling besar yang pernah aku alami.
Yang hadir pun tidak kuasa menahan tangis melihat keadaan seperti itu. Ali as meletakkan kepala Fathimah didadanya seraya berkata: sampaikanlah apa yang ingin engkau wasiatkan maka aku siap melakukan semua yang engkau perintahkan kepadaku. Fathimah as pun berkata : semoga Allah swt memberimu balasan yang besar Wahai anak pamanku aku berwasiat kepadamu setelahku hendaklah kamu menikah dengan saudariku, karena dia dimata ayahku seperti putrinya sendiri. Dan seorang laki-laki hendaklah ia memiliki seorang istri. Lalu Fathimah berwasiat agar penguburannya dirahasiakan, hal itu karena perlakuan ummat ayahnya terhadapnya.

ASIYAH BINTI MUZAHIM

Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu diantara wanita-wanita pilihan yang pernah terukir dalam bingkai sejarah. Dia istri Fir’aun, seorang raja Mesir di zaman Nabi Musa. Saat bersama Fir’aun, Asiyah tidak dikaruniai seorang anak pun. Fir’aun sangat mencintainya karena kecantikan dan kematangan akhlaknya. Telah berapa banyak cobaan dan tantangan yang harus dihadapinya dengan penuh kesabaran. Bahkan, berbagai kesulitan mampu dirubah menjadi kemudahan, sehingga Asiyah dikenal sebagai rahmat, bagi masyarakat di zaman Fir’aun yang penuh dengan kelicikan dan lalim.
Pada masa yang seperti itulah muncul peristiwa yang akan menentukan sejarah hidup Nabi Musa selanjutnya. Disebutkan dalam sejarah kenabian, ketika Asiyah duduk-duduk di taman yang indah nan luas, dihiasi dengan aliran sungai mempesona. Dia melihat sebuah peti mengambang. Perlahan-lahan peti itu semakin mendekat sehingga Asiyah menyuruh para pembantunya untuk mengambil dan mengeluarkan isi peti tersebut. Ketika dibuka, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi mungil, elok dan rupawan. Maka, muncullah perasaan kasih sayang dalam diri Asiyah. Allah mengaruniakan cinta dan kasih sayang terhadap bayi tersebut melalui Asiyah. Tak pelak lagi, Asiyah memerintahkan agar bayi itu dibawa ke istana dengan bertekad memelihara dan mangasuhnya.
Ketika mendengar berita tersebut, Fir’aun hendak membunuhnya, karena dia melihat mimpi yang selama ini menghantuinya tentang seorang anak yang kelak menghancurkannya. Para dukun dan ahli nujum dihadirkan dari seluruh pelosok negara. Mimpinya pun diceritakan kepada mereka, sehingga ia diperingatkan agar hati-hati dengan kelahiran seorang bayi yang akan menjadi penyebab kehancuran kerajaannya. Akhirnya, semua bayi laki-laki Bani Israel yang lahir diperintahkan agar dibunuh, kecuali bayi yang diasuh Asiyah. Fir’aun pun luluh dengan bujukan Asiyah ketika ia berkata: “Kita tidak mempunyai keturunan anak laki-laki, maka jangan bunuh anak ini. Semoga ada manfaatnya untuk kita atau kita jadikan dia sebagai anak kandung kita”. Fir’aun menyetujui dan menyarankan agar anak itu dididik sedemikian rupa. Asiyah memberi nama Musa terhadap anak tersebut dan mendidiknya hingga dewasa dalam istana Fir’aun. Dan kisah tentang ini tidak asing lagi bagi kita.
Kelak, Asiyah merupakan salah seorang yang mempercayai Musa. Ketika Fir’aun mengetahui hal tersebut, tiba-tiba rasa cintanya berubah menjadi kemarahan dan permusuhan. Asiyah tidak mengindahkannya karena dirinya tahu bahwa kebenaran bersamanya. Dan dia pun tahu bahwa Musa as adalah utusan Allah yang kebenarannya tidak dapat dihalangi oleh tantangan dan ancaman yang datangnnya dari siapa saja. Hingga meninggal dunia, hari-hari akhirnya Asiyah hanya dipenuhi dengan dzikir kepada Allah seraya mengucapkan:
{“Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya”}
Allah telah mengabulkan do’anya, bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw disebutkan bahwa Asiyah termasuk diantara wanita-wanita yang mulia, diriwayatkan: [“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam puteri Imron dan Asiyah istri Fir’aun”].

BAGAIMANA BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN?

Alhamdulillah…sudah memasuki malam ke 18 Ramadhan.. Bertanya kedalam hati, apa yang sudah dilakukan? Ya Allah, sanggupkan aku menghabiskan setiap detik Mu hanya untuk beribadah.. Ramadhan ini, tidak ingin aku sia-siakan tanpa ikhtiar dijalan Mu..
Baiklah! Menuggu makan malam turun..Hehe, nulis dulu ah. Ini adalah materi ‘pengajian’ minggu lalu yang bertempat di masjid UI (aka MUI)… Semoga bermanfaat, mohon maaf jika terdapat kesalahan ataupun degradasi isi (hehe)
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Al Quran diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan dan 23 hari. Mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur2?
1. Untuk menguatkan Rasulullah saw
2. Merupakan risalah Rosul, yaitu diturunkan sepanjang Rosulullah berdakwah
3. Akhlaq Rasul adalah akhlaq Al-Quran
4. Allah mendidik umatnya dengan taujih ruhani (bahwa setiap ayat memiliki asbabun nuzulnya sendiri2, sehingga setiap ayat yang diturunkan merupakan nasihat jiwa bagi umat Nya)
5. Agar setiap materi dakwah tidak meleceng dari Al Quran
Kemudian, bagaimana carannya berinteraksi dengan Al Quran? Yang pasti tidak hanya dengan membaca tanpa mengetahui artinya. Hati orang yang tidak ada Al Quran sama dengan rumah yang rusak (HR Turmidzi). Jikalau rumah yang kita tinggali telah rusak, kemudian bagaimana kita bisa berlindung dari panas, hujan dan bahaya lainnya? Karena itu, sangat penting sekali bagi setiap manusia untuk dapat menginternalisasikan Al Quran ke dalam hatinya.
Berinteraksi dengan Al Quran adalah berdialog dengannya. Pernah membaca komik? Tentunya kita akan tertawa pada adegan lucu, menangis disaat adegan sedih, dan tegang disaat adegan mencekam. Begitupun disaat kita membaca Al Quran! Berdialog lah dengannya, ikuti alur ceritanya, resapi maknanya..kemudian hanyutlah dalam kisah dan nasihatnya!
Al Quran ibarat sebuah manual book yang diberikan Allah kepada manusia agar kita tidak tersesat di dunia. Pernah membeli peralatan elektronik? Tentu alat tersebut akan dilengkapi dengan buku petunjuk agar pembeli dapat mendayagunakannya dengan optimal. Itulah hidup kita! Bedanya tidak ada istilah trial dan error dalam kehidupan dunia ini! Segala sesuatunya harus dilakukan dengan tepat. Mengapa? Karena kita hanya hidup sekali di dunia ini. Jadi, manual book yang kita gunakan harus tepat dan dipelajari dengan baik..
Kembali pada manual book pada peralatan elektronik. Apabila manual book tersebut menggunakan bahasa Prancis misalnya, kita yang tidak bisa berbahasa Perancis tentu saja harus membaca terjemahan Indonesianya bukan? Begitu juga dengan Al Quran…Karena keistimewaannya, bahkan dengan membaca Arabnya saja merupakan pahala yang besar bagi umat islam. Terlebih lagi apabila kita membaca bahasa Indonesia nya juga :D
Terdapat 2 pendapat mengenai penafsiran bentuk-bentuk interaksi terhadap Al Quran.
Pendapat pertama
1. menghafal
2. membaca+mendengar
3. memahami+menafsirkan
4. mengikuti
5. beramal
6. berdakwah dengan Al Quran
Pendapat ke 2
1. beriman
2. Membaca+tadabur (berdialog dengan Al Quran)
3. Mengamalkan
Sifat-sifat tilawah (aspek2 yang seharusnya hadir saat kita tilawah)
1. faham
2. takzim (mengagumi)
3. menghadirkan hati
4. ada dialog
Sekian!! Walahu’alam…semoga bermanfaat :D

1 komentar: