Share

Halaman

Jumat, 03 Mei 2013

Ikuti Teladan Rasulullah Agar Keluarga Sakinah

rasulullah-teladan-umat

Sebaik-baiknya teladan adalah Rasulullah SAW. Ini seperti ditegaskan dalam surah al-Ahzab ayat 21.
rasulullah teladan umat
Dalam berumah tangga, Rasulullah sangat menghargai dan memuliakan istrinya. “Sebaik-baiknya kamu adalah yang terbaik kepada istrimu. Ungkapan ini menunjukkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah kepada istrinya.”
Meskipun berposisi sebagai kepala rumah tangga, Rasulullah tidak pernah merepotkan istri dan anak-anaknya. Rasul, tidak malu menjahit sendiri pakaiannya yang robek, membetulkan sandalnya yang rusak, dan mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa menyusahkan istrinya. Bahkan, menurut riwayat, Rasulullah tidak segan membantu keperluan istrinya.
Sebagai suami, Muhammad dikenal sangat sayang kepada anak-anaknya. Dalam keadaan shalat, Rasulullah memperlambat sujudnya. Ini karena kedua cucunya sedang asyik bermain naik di punggungnya. “Ini adab yang ditanamkan Rasulullah kepada anak-anak dan cucunya. Rasulullah pun selalu memeluk dan mencium anak-anak dan cucunya,”
Sebagai manusia biasa, bukan berarti rumah tangga Rasulullah tanpa goncangan. Musibah datang ketika istrinya Aisyah difitnah berselingkuh dengan sahabatnya. Langkah yang dilakukan Nabi, memohon petunjuk kepada Allah dan klarifikasi (tabayyun). Turunlah wahyu yang membersihkan nama baik Aisyah. Rasulullah berhasil menyelesaikan urusan rumah tangga sendiri tanpa harus melibatkan banyak pihak. “Hal ini harusnya menjadi contoh bagi umat islam, ketika ada konflik keluarga selesaikan seperti yang dilakukan Rasulullah,” .

Tidak ada teladan sebaik Rasulullah

Barangsiapa meneladani Rasulullah, niscaya ia akan menjadi teladan.
Seribu lima ratus tahun yang silam, siapa yang tidak mengenal sosok Abu Bakr, khalifah pertama pengganti Rasulullah sebagai imam umatnya? Dialah pribadi paling mulia di antara umat Muhammad r. Siapa pula yang tidak mengenal ‘Umar bin Al-Khaththab, orang terbaik setelah Abu Bakr? Demikian juga dengan ‘Utsman bin ‘Affan, orang terbaik setelah ‘Umar, serta ‘Ali bin Abu Thalib, yang merupakan orang terbaik setelah ‘Utsman?
Semuanya merupakan keutamaan Allah U, di mana Ia telah memilih mereka menjadi orang-orang terbaik dari umat Rasulullah r. Mereka menjadi teladan generasi setelah mereka karena mereka menjadikan Rasulullah r sebagai suri teladan dalam seluruh aspek kehidupannya. Keberadaan Rasulullah r di tengah-tengah mereka, telah mewarnai kehidupan mereka yang penuh kemuliaan, kebaikan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, kenyamanan, kejayaan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mereka bahkan berada di akhir kehidupan dan mengakhiri perjuangannya dengan keberhasilan yang gemilang, yaitu membuka pintu segala kenikmatan yang ada di sisi Allah di dalam jannah (surga)-Nya.
Rasulullah telah menjadi teladan para shahabatnya, serta menjadi panutan dalam melangkah dan mengarungi samudera yang dahsyat dengan gelombangnya. Ini merupakan sinyalemen keberhasilan mereka dalam menjadikan dan mempraktekkan bimbingan Allah.
Al-Imam As-Sa’di mengatakan di dalam tafsirnya hal. 609, “Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah yaitu dari sisi di mana beliau menghadiri sendiri suara hiruk pikuk dan langsung terjun ke medan laga. Beliau adalah orang yang mulia dan pahlawan yang gagah berani. Lalu bagaimana kalian menjauhkan diri kalian dari perkara yang Rasulullah bersungguh-sungguh melaluinya seorang diri? Maka jadikanlah dia sebagai panutan kalian dalam perkara ini dan sebagainya.”
Kemudian dikatakan oleh Al-Imam As-Sa’di: “Suri teladan itu ada dua macam, yaitu yang baik dan yang buruk. Suri teladan yang baik itu ada pada diri Rasulullah r karena orang yang menjadikannya sebagai suri teladan, sungguh dia telah menempuh jalan yang akan menyampaikan kepada kemuliaan yang ada di sisi Allah. Itulah jalan yang lurus.
Adapun menjadikan selain Rasulullah sebagai suri teladan, apabila orang tersebut menyelisihi beliau, maka itu adalah suri teladan yang jelek seperti ucapan orang musyrik ketika diseru untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami telah menemukan bapak-bapak kami di atas satu ajaran dan kami mengikut di atas agama mereka.’ Suri teladan yang baik ini akan ditempuh dan akan mendapatkan taufiq atasnya, oleh orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan kebahagiaan di hari akhir.
Yang mendorongnya untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan yang baik adalah iman, takut kepada Allah, berharap pahala dari-Nya, dan takut terhadap adzab-Nya.”
Al-Hafidz Ibnu Katsir, dalam Tafsir-nya (3/483), mengatakan: “Ayat ini merupakan landasan pokok untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam ucapan-ucapan beliau, perbuatan-perbuatan, dan dalam semua keadaan beliau.”

Keteladanan Rasulullah

Inilah jawaban keteladanan rasulullah dari seorang shahabiyyah yang faqih dan mengetahui secara jelas di hadapan matanya cara Rasulullah berkata, berbuat, dan bertingkah laku, dikarenakan beliau adalah isteri Rasulullah. Jawaban yang sangat singkat dan mencakup segala perkara kebaikan di dalam agama ini.
Penyayang
Di antara bentuk keteladanan beliau adalah penyayang. Apakah anda memiliki sifat kasih sayang kepada sesama? Dan sudahkah anda berhias dengan sifat ini? Sifat Rasulullah ini telah diceritakan oleh Allah di dalam Al Qur`an. Allah berfirman:
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari diri-diri kalian. Sangat bersedih terhadap apa yang memberatkan kalian dan bersemangat (untuk memberikan hidayah) kepada kalian dan lemah lembut dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (At-Taubah: 128)
Allah berfirman:
“Muhammad adalah Rasul Allah dan orang-orang yang menyertainya sangat keras terhadap orang kafir dan penyayang antara sesama mereka.” (Al-Fath: 29)
“Maka dengan rahmat Allahlah kamu menjadi lemah lembut terhadap mereka dan jika kamu berkeras hati niscaya mereka akan lari darimu.” (Ali ‘Imran: 159)
Sekali lagi,sudahkah anda berhias dengan sifat ini padahal Rasulullah bersabda: “Tiadalah sifat kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menjadikannya indah dan tidaklah tercabut dari sesuatu melainkan akan menjadikannya jelek.” (HR. Muslim dari ‘Aisyah x)
Dan Rasulullah bersabda: “Bukan termasuk dari kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash )
KISAH TELADAN AKHLAQ ROSUL SAW KETIKA DIUNDANG MAKAN SEORANG BUDAK
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan   orang lain, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasul SAW karena diberi makanan oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya apa-apa.
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi makanan itu.
Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para sahabat : “Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…
Bberubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah SAW.
Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul SAW berkata : “ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “, dan Rasul SAW pun memakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar